Kegagalan adalah satu kata yang ditakuti dan dihindari banyak orang. Kegagalan sering membuat orang menyurutkan langkahnya ke depan dan memilih untuk berhenti atau mundur ke belakang, baik itu dalam dunia bisnis, pendidikan, tak terkecuali di dunia peradilan.
Dalam dunia peradilan, hal yang biasa terjadi adalah misalnya gagalnya upaya mediasi dalam gugatan perdata antara penggugat dan tergugat, perbedaan pengambilan keputusan dalam penentuan vonis yang akan dijatuhkan kepada terdakwa, ataupun pengambilan keputusan dalam kegiatan internal, tim-tim kerja, di kantor pengadilan, dan sebagainya.
Apa pun kegagalan itu, tujuh langkah di bawah ini patut menjadi pertimbangan agar kegagalan dapat dihindari dan digantikan dengan keberhasilan sebagaimana yang diharapkan.
Langkah 1
Akui perasaan kecewa
Kegagalan, kesalahan, dan kesulitan tidak mudah untuk diatasi, serta membuat kita merasa marah, frustasi, dan kecewa. Langkah pertama adalah biarkan saja diri Anda merasakan perasaan yang tidak mengenakkan ini.
Menolak apa yang Anda rasakan tidak akan banyak membantu, tetapi justru akan membuat Anda semakin tenggelam dalam emosi itu.
Pada saat mengalami kegagalan, cobalah untuk tetap tenang, menarik nafas, dan menikmati apa yang Anda rasakan. Ada saatnya untuk menganalisis dan mendekonstruksi apa yang terjadi nanti. Namun, pada tahap ini, tetaplah tenang dan fokuskan pada upaya-upaya terbaik dari situasi yang buruk ini.
Langkah 2
Berikan waktu dan ruang kepada tim kerja untuk introspeksi diri
Jangan terjebak untuk mengatakan kepada tim kerja agar secepatnya kembali bangkit setelah mengalami kegagalan–meskipun tujuan Anda itu bagus. Biarkan tim kerja merasakan sedikit sedih, marah, atau frustasi atas kegagalan ini.
Sebagai pemimpin tim kerja yang baru saja mengalami kegagalan, Anda harus memberi ruang dan waktu kepada tim untuk introspeksi diri. Biarkan tim kerja Anda menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Ingatlah bahwa mereka pun terdiri dari individu-individu yang mungkin ada yang lebih cepat, atau lebih lambat, untuk bangkit dari kegagalan. Agar kembali produktif, seluruh anggota tim kerja perlu bergerak maju secara bersama-sama dan Anda, sebagai pemimpin, tugas Andalah untuk mengarahkan mereka.
Langkah 3
Kontrol kerusakan pada organisasi
Dalam setiap kegagalan, seringkali terdapat orang-orang yang terdampak. Bisa jadi dia seorang rekanan yang tidak mendapatkan proyek di waktu yang dijanjikan. Mungkin dia audiens Anda yang mengikuti live webinar, tapi mengalami kendala teknis. Apa pun masalahnya, orang-orang yang terdampak akibat kegagalan ini menginginkan perbaikan dan sebagian dari upaya untuk mengatasi kerusakannya adalah mencari cara agar situasi membaik lagi.
Solusi yang sesuai untuk tim kerja Anda tergantung pada jenis kegagalannya dan siapa yang terdampak. Namun, apa pun situasinya, bagi tim yang paling efektif secara keseluruhan adalah bersama-sama berbagi gagasan untuk menemukan potensi solusi. Demi kekompakan tim, penting untuk menekankan bahwa keberhasilan dan kegagalan adalah milik bersama sehingga semua aktivitas yang dilakukan harus menekankan pada kekompakan tim.
Langkah 4
Analisis dan proses apa yang terjadi
Mungkin langkah yang paling penting adalah mendekonstruksi kegagalan itu. Di setiap usaha yang gagal, tidaklah mungkin terjadi kesalahan di semua usaha yang dilakukan. Bisa jadi kegagalan terjadi pada proses yang sangat kecil, tetapi penting. Jadi, ketika mendekonstruksi kegagalan tim, temukan yang baik maupun yang buruk. Dengan cara ini, Anda akan mengetahui apa yang berhasil dan dapat dilakukan ulang, maupun apa yang harus dihindari di masa depan.
Saat mengakui adanya faktor keberhasilan, fokus pada upaya individu. Cara ini membuat orang merasa dinilai dan diperhatikan. Ketika Anda menganalisis kegagalan, fokus pada tim. Cara ini menghindari adanya tunjuk hidung kepada yang melakukan kesalahan, yang akhirnya malah menjadi kontraproduktif.
Langkah 5
Sampaikan keadaan yang sesungguhnya
Anggota tim kerja Anda tahu bahwa kegagalan akan mampu mereka lalui. Selain itu, kegagalan dapat membantu setiap orang untuk bangkit dan melihat Anda sebagai orang yang menyampaikan cerita nyata tentang kegagalan yang dialami dan bangkit dari kegagalan di masa lalu.
Satu kata pengingat: Tunjukkan otentitas. Jangan mengarang atau mengubah cerita Anda agar sesuai dengan situasi. Orang-orang akan mengetahuinya dan melihat Anda memanipulasi cerita. Cerita yang dibuat-buat akan merusak kredibilitas Anda sebagai seorang pemimpin, baik sekarang atau nanti.
“Pada saat mengalami kegagalan, cobalah untuk tetap tenang, menarik nafas, dan menikmati apa yang Anda rasakan. Ada saatnya untuk menganalisis dan mendekonstruksi apa yang terjadi nanti”.
Langkah 6
Bangun kembali kepercayaan diri tim kerja
Kegagatan tim dapat menggoyahkan kepercayaan tim. Setetah terjadi salah langkah yang besar, orang-orang mulai mempertanyakan kompetensi mereka, maupun pentingnya bekerja secara tim secara keseluruhan. Anggota tim mungkin menjadi ragu atau enggan melangkah maju karena takut melakukan kesalahan lagi.
Jelas bahwa Anda harus melewati hal ini jika ingin tetap memfungsikan tim sehingga pimpinan tim harus melihat hal ini sebagai waktu yang baik untuk membangun tim. Pemimpin dapat membentuk “pertemuan social”, semacam makan siang tim atau aktivitas yang menyenangkan setelah jam kerja.
Membangun kekompakan tim digabungkan dengan dekonstruksi yang jujur dan menyeluruh terhadap apa yang terjadi dapat menjadi ramuan terbaik untuk mengembalikan setiap orang pada kesamaan pandangan dan siap untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Langkah 7
Tumbuhkan keadaan yang siap menerima risiko suatu keputusan
Apa pun upaya kita, risiko selalu ada. Kadang-kadang risiko bisa dilewati, dan Anda mendapatkan hasil besar. Di lain waktu tidak bisa dilewati, dan tim kerja harus mengalami kegagalan. Namun demikian, risiko penting sebagai cambuk untuk bergerak maju dan memperoleh keberhasilan. Anda dan tim kerja akan merasa nyaman menghadapi tantangan dengan keyakinan besar dan pemikiran ke depan.