Dalam acara perpisahan itu, seluruh pegawai sebuah pengadilan negeri berkumpul. Melalui beberapa perwakilannya, pegawai menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepemimpinan Bapak Abdullah (nama fiktif) yang akan pindah dinas ke sebuah pengadilan tinggi. Mereka, para wakil pegawai, juga menyampaikan rasa sedihnya karena akan berpisah dengan sosok pemimpin yang dicintainya.
Tidak lupa doa-doa panjang mengalir untuk kesehatan dan kesuksesan Pak Abdullah. Sementara itu, Pak Abdullah juga menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan dari seluruh pegawai dalam menjalankan tugas di pengadilan negeri tersebut. Hari itu Pak Abdullah juga sangat bersedih karena harus berpisah dengan para pegawainya yang penuh dedikasi dan sangat loyal.
Pegawai yang setia merupakan aset yang tidak ternilai bagi organisasi, dan juga bagi pemimpinnya. Jasa pegawai yang loyal sangatlah nyata. Mereka bekerja dengan penuh dedikasi serta tanggung jawab, dan bahkan pada kondisi tertentu bersedia ‘berkorban’ demi organisasi dan pemimpinnya. Mereka menjaga reputasi dirinya, pemimpinnya, dan organisasi tempatnya bekerja. Mereka bukan “yes man”, melainkan pegawai yang kritis, tetapi santun, dengan mengingatkan pemimpinnya apabila ada keputusan atau perintah yang menurutnya keliru.
Repotnya, banyak pemimpin yang tidak menyadari bahwa loyalitas pegawai tidak muncul dengan sendirinya. Pemimpin harus membangunnya dan mendapatkan dari bawahan. Bagaimana caranya?
Berikan kepercayaan
Tidak ada orang yang setia tanpa kepercayaan, tapi bagaimana seorang pemimpin bisa mempercayai anak buahnya? Dari awal, pemimpin harus merekrut orang yang bisa dipercayai. Dengan bekal kepercayaan tersebut, beri mereka kebebasan. Meskipun demikian, ini bukan berarti pemimpin dengan lugunya membiarkan mereka semau-maunya seperti tanpa masalah. Jika kepercayaan mereka dilanggar dengan cara apa pun, pemimpin harus tegas memberi sanksi. Namun, secara prinsip, pegawai diberi kepercayaan dan kebebasan sejak awal.
Selalu beri dukungan dan back up
Para pemimpin yang hebat selalu mengutamakan pegawainya. Mereka mendukung dan mem-beck up, dari gangguan berbagai pihak mana pun. Dalam dunia peradilan, misalnya, pemimpin harus melindungi pegawainya dari pelecehan verbal pihak yang berperkara atau penasihat hukum. Jangan biarkan pegawai menderita sendirian dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh pemimpinnya. Pemimpin dengan sangat cepat akan kehilangan loyalitas dari bawahannya, kalau sampai menjelek-jelekkan mereka di depan pihak lain demi nama baiknya sendiri. Ada nasihat jitu bagi pemimpin: puji anak buahmu di depan umum, kritik mereka pada saat berdua saja.
Jangan perlakukan sebagai bawahan
Pemimpin yang baik memahami betul seluk-beluk tugas yang dilakukan oleh pegawainya dan menghargai upaya mereka. Pemimpin tidak hanya suruh sana-sini tanpa paham apa yang dilakukan oleh pegawainya. Pemimpin yang baik tidak pernah memerintah pegawainya untuk melakukan pekerjaan yang belum pernah diketahui seluk-beluknya atau dilakukannya sendiri. Untuk mendapatkan loyalitas pegawai, pemimpin harus menjadi teladan.
Bersikap terbuka
Pemimpin yang baik berani melepas sikap “benar sendiri”. Mereka mempercayai kehebatan pegawai dan timnya sehingga selalu tertarik pada diskusi dan ide-ide segar. Mereka meyakini pegawainya memiliki cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan, ini bukan berarti pemimpin membiarkan pegawainya menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang melanggar peraturan. Beri mereka ruang kreativitas dalam koridor peraturan yang berlaku.
Pandang sebagai manusia, bukan bawahan semata
Bawahan juga manusia biasa yang memiliki kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Pemimpin harus memperhatikan kebutuhan tersebut, bukan metutu urusan pekerjaan. Pada saat bertemu mereka, ajak bicara mengenai keluarga, teman, hobi, dan karier. Dengan demikian, akan terjalin hubungan yang hangat antara pemimpin dengan pegawainya.
Cara-cara tadi memang mudah diucapkan, tetapi tidak gampang dilakukan. Tidak sedikit pemimpin yang memandang pegawai hanya sebagai alat untuk mencapai tujuannya sendiri. Sebagai akibatnya pegawai bekerja dengan model, patuh buta: apa pun yang diperintahkan pemimpinnya dijalankan, tidak peduli benar ataupun salah. Atau sebaliknya, pegawai menjadi sangat transaksional bekerja seminimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan sebesar mungkin.
Dengan membangun loyalitas, pegawai akan bekerja sepenuh hati untuk kepentingan organisasi dan pemimpinnya. Untuk mendapatkan loyalitas dari pegawai, pandang mereka sebagai manusia. Kuncinya, pemimpin harus bersedia belajar untuk menjadi rendah hati.