BAHAYA MEMIMPIN DENGAN MEMANFAATKAN RASA TAKUT

Harus diakui, memimpin dengan cara menakut-nakuti masih banyak dilakukan oleh beberapa pemimpin. Pemimpin mempengaruhi orang lain dengan ancaman, baik tersurat maupun tersirat. Masalahnya adalah memimpin dengan memanfaatkan rasa takut akan gagal. Memang, ketakutan adalah motivator yang sangat efektif, bahkan ketika harus melakukan hal yang tidak menyenangkan dan membahayakan. Lalu, apa sumber ketakukan pegawai? Secara umum pegawai takut: 

  • Kehilangan pekerjaan, alias dipecat.
  • Hambatan karier, seperti tidak naik pangkat atau dimutasi ke daerah terpencil.
  • Reputasi buruk, dianggap sebagai orang yang tidak kompeten, atau bersikap buruk oteh rekan kerja.

Tidak ada keraguan bahwa memimpin dengan rasa takut dapat menyelesaikan suatu masalah. Akan tetapi, dalam jangka panjang, membawa dampak buruk bagi orang yang dipimpin, organisasi, dan pemimpin itu sendiri. Mari kita tihat beberapa di antaranya:

1. Memimpin menggunakan rasa takut merusak kerja sama tim 

Tim akan efektif apabila pegawai yang menjadi anggotanya memiliki rasa kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama. Apabila ada anggota tim yang takut, dia tidak bisa bekerja sama dengan rekannya. Dia akan bekerja untuk mencapai tujuannya sendiri, berupa menghindari sumber rasa takut itu. Alih-alih berkolaborasi dengan orang lain, anggota tim yang ketakutan akan berusaha mencapai tujuan sendiri untuk menghindari rasa takut itu.

Sebagai contoh, kalau Anda sebagai pemimpin dikenal temparemental, orang yang takut akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak membuat Anda marah. Sebagai akibatnya, dia akan menutup-nutupi kesalahan yang menurutnya akan membuat Anda naik darah. Dia tidak lagi memikirkan bagaimana kesalahan itu diperbaiki melalui kerja sama dengan rekan-rekan mereka. Dampak buruknya akan lebih besar kalau orang yang ketakutan itu mengajak teman-temannya untuk menutup-nutupi kesalahan. 

2. Memimpin dengan ketakutan menciptakan klik di tempat kerja 

Apa yang terjadi kalau rasa takut tadi tidak hanya menghinggapi satu atau dua orang, tetapi seluruh anak buah Anda? Kemungkinan besar mereka akan membentuk kelompok yang bekerja untuk menyelesaikan sesuatu dengan segala cara. Kelompok yang secara kolektif dimotivasi oleh rasa takut, akan bergabung untuk melakukan pekerjaan mereka, dengan mengorbankan produktivitas tim lain. 

Inilah yang sering disebut klik atau geng di tempat kerja. Apa keburukannya kalau di dalam organisasi Anda ada klik atau geng?

  • Mereka akan bekerja menggunakan proses atau aturan sendiri untuk mencapai tujuan.
  • Mereka mementingkan pekerjaan atau tujuan sendiri dengan mengabaikan tim atau kelompok lain.
  • Mereka memutus komunikasi dengan tim atau kelompok lain untuk menutup nutupi cara kerja mereka.

Menariknya, banyak klik atau geng di tempat kerja akan membenarkan diri mereka dengan mengatakan bahwa yang mereka lakukan adalah untuk kepentingan pimpinan atau organisasi. Pada kenyataannya, seringkali, mereka hanyalah sekelompok pegawai yang ketakutan.

3. Menakut-nakuti membuat pegawai tidak berani bicara

Memimpin dengan bersenjatakan rasa takut membuat pegawai tidak berani angkat bicara. Pegawai memilih diam daripada menawarkan pendapat yang membawa konsekuensi tidak menyenangkan: diabaikan atau, lebih buruk lagi, dikritik. Sebagai akibatnya, para pemimpin yang menakutkan terjebak dalam ruang hampa karena menerima sangat sedikit umpan balik.

Gejala pemimpin yang menakutkan bisa dilihat di rapat-rapat. Ketika pemimpin mengajukan suatu gagasan, semua setuju. Ketika diminta memberi masukan, pegawai hanya menguatkan dan memuji gagasan pimpinan. Anehnya, ketika pertemuan usai, para pegawai ini berkata di belakang bahwa mereka tidak setuju dengan pemimpinnya.

Bahaya yang lebih nyata dari pemimpin yang menakutkan adalah respons nggih-nggih ora kepanggih, ungkapan bahasa Jawa yang artinya asai setuju, meskipun tidak mengerti, tidak yakin, atau tidak bersedia melakukan. Tim mungkin mengetahui bahwa tugas yang diberikan oleh pimpinan tidak masuk akal, dan berpotensi besar akan gagal, tetapi tetap mengatakan “ya”.

4. Memimpin dengan ketakutan membunuh kepercayaan diri pegawai

Mungkin konsekuensi yang paling merusak dari kepemimpinan berbasis rasa takut adalah hancurnya kepercayaan diri bawahannya. Ketika seseorang terus-menerus diremehkan, dikritik, dan didiskreditkan, lama-kelamaan membentuk keyakinan bahwa dirinya memang tidak kompeten, tidak penting, dan tidak bermanfaat.

Banyak orang yang sebenarnya kompeten, tetapi kehilangan kepercayaan diri setelah penindasan berkepanjangan oleh para pemimpin berbasis rasa takut. Begitu mereka kehilangan kepercayaan diri, masalah lain muncul Mereka berhenti berbicara dan berhenti berkolaborasi. Tim yang dibentuk menjadi tidak efektif.

Memang beberapa orang secara sengaja memanfaatkan rasa takut untuk membuat anak buahnya patuh. Alat ini digunakan karena berpandangan bahwa anak buahnya adalah orang-orang yang bandel dan bahkan dapat mengancam posisi pemimpin. Meskipun demikian, ada juga beberapa orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menakuti anak buahnya.

Secara sengaja maupun tidak, memimpin dengan rasa takut adalah permainan berbahaya. Pada awalnya, sepertinya membawa hasil. Namun hati-hati dengan konsekuensi negatif yang berada di bawah permukaan.


Posted

in

by

Tags: